Harga Ether turun sempat turun pada 17 Mei 2023 dan mencapai titik terendah 7 hari sebesar $1.788 atau setara dengan Rp26,6 juta ($1 = Rp14.931).
Penurunan harga Ether ini terjadi sehari setelah jaksa penuntut di China berjanji untuk menindak pasar NFT. Simak selengkapnya alasan harga Ether melesu belakangan ini?
1. Likuidasi dan Volume Transaksi
Dilansir dari laman Cointelegraph, Penjualan Ether juga memicu gelombang likuidasi Ethereum. Likuidasi Ether terjadi ketika volume perdagangan Ethereum turun dari puncaknya pada 11 Maret 2023 sebesar $24,8 miliar atau setara dengan Rp370 triliun menjadi hanya $1,9 miliar yang setara dengan Rp28,3 triliun.
Penurunan volume besar pun terjadi saat protokol lain termasuk standar Bitcoin BRC-20 dan standar Dogecoin DRC-20 mendapatkan momentum.
2. Debat Status Ether Sebagai Komoditas atau Sekuritas
Debat tentang apakah Ether harus diklasifikasikan sebagai security token di Amerika Serikat, bukanlah hal baru. Sementara itu, ketua Komisi Perdagangan Komoditas Berjangka AS percaya Ether adalah komoditas bukan sekuritas.
3. Nilai TVL (Total Value Locked) Ekosistem Ethereum Menurun
Penurunan harga Ether menunjukkan bahwa investor menambah dana ke bursa sentral. Dalam 24 jam terakhir pada 17 Mei 2023, Ether yang disetor di bursa sentral meningkat 119%.
Deposit bersih yang lebih tinggi di bursa sentral dapat berarti tekanan jual yang lebih tinggi dan ditambah dengan volume perdagangan yang berkurang. Meskipun demikian, Investor ETH tak perlu khawatir.
Ethereum Foundation dikabarkan sedang bersiap untuk upgrade jaringan berikutnya yang disebut “Dencun”, meskipun peluncuran Shapella baru saja dilakukan tiga minggu yang lalu.
Dengan rilis Dencun yang akan datang, ekosistem pengembangan Ethereum akan menerima peningkatan besar, karena jika semuanya berjalan sesuai rencana, upgrade ini akan mengurangi biaya transaksi dan memungkinkan penggunaan kasus baru.
